Selasa, 27 November 2012

Susu Asi dibanding dengan Susu Formula


Susu Asi dibanding dengan Susu Formula
Oleh : Oktovia Lilaeni



Mau dibandingkan dengan susu jenis apa pun, air susu ibu (ASI) tetap menjadi pilihan yang terbaik untuk bayi anda. Anjuran memberikan ASI eksklusif, bahkan meneruskannya hingga usia dua tahun, akan memberikan efek yang lebih baik dibandingkan dengan memberikan susu formula dan susu kedelai. Peneliti dari Pusat Gizi Anak di Arkansas Little Rock, Arkansas — Aline Andres, PhD dan timnya –  menemukan keunggulan ASI dibanding susu formula maupun susu kedelai. ASI bisa memasok gizi ideal sesuai keperluan sang anak. Asupan gizi dipenuhi dengan lengkap dan seimbang, tidak kurang maupun berlebihan. Itu berjalan secara otomatis tanpa perlu sang ibu untuk menakarnya.
Sementara itu, susu formula atau susu kedelai sebaiknya diberikan ketika hanya ada pilihan terakhir. Selama sang ibu mampu memberikan ASI, maka inilah minuman sekaligus makanan menyehatkan bagi bayi.
Dalam studi ini, peneliti mengamati perkembangan sampel 391 bayi yang lahir selama tahun 2008. Dua per tiga dari bayi itu mendapatkan ASI. Sementara, ada sepertiga bayi yang tidak mendapatkan ASI dan diganti dengan susu formula atau susu kedelai. Mereka diamati selama satu tahun dengan pengujian setiap tiga bulan.Hasilnya, bayi dengan ASI memperoleh sedikit keunggulan dari bayi yang diberikan dua susu lain. Antara bayi yang diberi susu formula dan susu kedelai, perkembangannya setara namun sedikit lebih rendah dari bayi dengan asupan ASI.
Dikutip dari CBS News, setidaknya ada tiga perbedaan perkembangan bayi yang diberikan ASI dengan susu formula atau susu kedelai:
  • Pada perkembangan mental, bayi yang mendapat ASI punya nilai Indeks Pembangunan Jiwa yang lebih baik pada usia 6 dan 12 bulan dibanding yang mendapatkan susu formula.
  • Untuk keterampilan psikomotor, bayi dengan ASI punya nilai tinggi untuk tes keterampilan gerak di usia enam bulan dibanding yang mengonsumsi susu kedelai.
  • Terkait keterampilan berbahasa, bayi dengan ASI skor tes berbahasanya lebih tinggi dari bayi dengan susu formula dan susu kedelai.
Sementara itu, peneliti menyarankan untuk berhati-hati dalam memberikan susu kedelai. Pasalnya, kandungan isoflavon pada kedelai mirip hormon estrogen yang dapa memengaruhi otak dan perkembangan sistem saraf.

Kamis, 22 November 2012



Mitos Antara Bedong dengan Gurita
Oleh : Oktovia Lilaeni



Tidak semua bayi senang di bedong. Ada bayi yang sejak semula memang sama sekali tak suka dibedong. Beberapa bayi mungkin hanya mau dibedong selama 2 minggu. Tapi beberapa bayi lain, meski sudah berusia 2 bulan atau lebih, masih senang dibedong ketika tidur. Dan ada pula bayi sebenarnya senang dibedong, hanya saja ia lebih senang jika kedua tangannya dibiarkan bebas. Untuk ini, Anda dapat membedong si kecil dari ketiak ke bawah, sehingga ia dapat bebas bermain-main dengan kedua tangannya.
Konon, selain ampuh meluruskan kaki bayi yang bengkok, bedong juga membuatnya tidak cepat masuk angin, tidur nyenyak, dan tidak kagetan. Apalagi kalau bedongannya dibuat sekuat mungkin atau istilahnya “dibedong lontong”.
Asal tahu saja, antara kaki bengkok dengan bedong tidak ada hubungannya sama sekali. Semua kaki bayi memang bengkok. Nanti, dengan semakin kuatnya tulang anak dan kian besarnya keinginan untuk bisa berjalan, kaki anak akan lempeng sendiri. Perkembangan fisiologis kaki memang seperti itu.
Juga, anggapan bahwa dengan dibedong anak jadi tidak kagetan tentu tidak benar. Ingat, kan, kaget saat bayi tidur adalah gerak refleks moro, dan itu wajar terjadi. Sekalipun dia dibedong, refleks moro tetap akan terjadi, hanya saja tidak kelihatan karena tertahan oleh bedong.
Sama sekali tak ada ruginya apabila bayi tidak di bedong .jika Anda memutuskan tidak membedong si kecil. Yang paling penting sebagai orangtuanya, Anda dan pasangan yakin dengan apapun keputusan Anda itu.
mitos tentang gurita
Konon, gurita dapat mencegah perut buncit dan pusar bodong, namun menurut dr. Adi Tagor, SpA, DPH dari RS Pondok Indah, Jakarta, gkurang tepat, karena semua bayi perutnya memang lebih besar daripada dada. Semakin bertambah usianya, perut akan kelihatan mengecil.
Begitu juga dengan pusar bodong. Tanpa gurita, pusar bayi pun lama-kelamaan akan masuk ke tempatnya. Sebaliknya, kalau memang bakatnya bodong, sekalipun memakai gurita, tetap saja akan bodong.Gurita sebaiknya tidak dipakai karena bisa membuat anak tertekan, khususnya di bagian limpa, jantung, lever, juga membuat bayi susah bernapas.

Sabtu, 17 November 2012

makanan bayi


Tips Memilih Makanan Bayi Secara Aman dan Sehat

Oleh : Oktovia Lilaeni
 

Yang harus diperhatikan dalam memilih makanan bayi yang aman dan sehat untuk si kecil adalah; usia si kecil, kondisi makanan, kandungan gizi, dan cara mengolah makanan bayi.
Tahap perkembangan makanan bayi harus disesuaikan dengan perjalanan usia si kecil. Seperti yang kita ketahui, bayi berusia 0-6 bulan masih mengonsumsi makanan cair berupa ASI atau susu bayi. Ketika menginjak usia 6-12 bulan, bayi sudah mulai mengonsumsi makanan lunak, semi-padat, dengan tekstur yang lembut. Sampai akhirnya si kecil berusia 12 bulan, ia sudah siap menyantap makanan padat, dengan tekstur yang agak kasar (seperti menambahkan potongan sayuran atau buah ke dalam bubur bayi atau bubur tim saring), dan rasa yang bervariasi. Sementara untuk memilih makanan bayi, hal yang perlu menjadi perhatian Anda adalah higienitas dari makanan tersebut, baik makanan yang dibuat sendiri (bahan baku makanan tersebut) maupun produk makanan instan.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan adalah periksa kondisi bahan dasar makanan si kecil. Jika Anda ingin membuatnya sendiri di rumah (home made), pastikan bahan bakunya (ayam, daging, sayuran, ikan). Misalnya, pilihlah ikan segar yang insangnya masih berwarna merah, matanya tidak berwarna merah, dan tidak kempes saat ditekan badannya. Begitu pula dengan sayuran, pilihlah sayuran yang segar, tidak layu, dan warnanya tidak berubah menjadi gelap. Sementara jika Anda lebih memilih produk makanan bayi instan, perhatikan tanggal kadaluarsa produk tersebut. Selain itu, perhatikan pula kemasan produk makanan bayi instant. Jangan memilih kemasan produk yang sudah rusak, sobek, bahkan bolong hingga isi makanan keluar dari kemasan. Hal tersebut memungkinkan produk makanan itu sudah terkontaminasi dengan bakteri yang akan menyebabkan si kecil mengalami gangguan sistem pencernaan.
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah kandungan gizi dari makanan tersebut. Untuk makanan instant, Anda bisa baca label daftar gizi yang terkandung di dalam produk terlebih dahulu. Pastikan Anda memilih makanan instant yang tidak mengandung rasa buatan. Sedangkan untuk pemilihan bahan dasar makanan yang akan dibuat sendiri di rumah, kandungan gizi bisa Anda ketahui dengan memahami prinsip piramida makanan untuk bayi dengan gizi seimbang.
Perhatikan pula cara mengolah makanan bayi secara aman. Bila Anda memilih dengan cara dipanaskan, perhatikan suhu panas yang tepat untuk memasak makanan bayi agar segala kuman dan bakteri bisa mati. Sebaiknya jangan pernah menggunakan bumbu penyedap pada saat mengolah makanan bayi. Bumbu penyedap yang mengandung MSG berpotensi menyebabkan kerusakan sel otak dan bisa mengurangi fungsi kekebalan tubuh si kecil. Dan jangan lupa untuk mencicipi makanan yang sudah matang sebelum diberikan kepada si kecil, untuk mengetahui apakah suhu pada makanan tersebut sudah nyaman untuknya. Namun, jika Anda ingin mendinginkan makanan bayi, perhatikan suhu kamar yang tepat dan bekukan di dalam lemari pembeku. Pastikan pula kebersihan lemari es yang Anda miliki dan jangan campurkan makanan bayi yang dibekukan dengan makanan dewasa yang memilik bau tajam seperti durian, petai, buah nangka. Ingatlah, apa yang si kecil makan akan memengaruhi kondisi kesehatan tubuhnya, terutama fungsi pencernaannya.